Hetalia: Axis Powers - Liechtenstein Sumber : http://sonz-share.blogspot.com/2013/03/cara-memasang-musik-di-blog.html#ixzz2SzGmOAmB

Rabu, 08 Mei 2013



MODEL-MODEL PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
a.     Model Single Mode
Model PJJ ini banyak digunakan dinegara berkembang seperti Indonesia yang telah mendirikan Universitas Terbuka. Model ini telah dikembangkan diberbagai sektor pendidikan seperti Politeknik Terbuka, SMA Terbuka, Pendidikan Swasta Komersial Terbuka dan lain-lain.
Model single model memiliki memiliki karekteristik umum:
1.         Kurikulum berdasarkan satuan kredit semester dan bahan ajar modular
2.         Pengembangan dan produksi bahan ajar dilakukan secara tersentralisasi dan disusun secara kontens
3.         Pertemuan tatap muka untuk membantu penguasaan bahan ajar
                Lembaga melayani siswa jarak jauh saja sehingga staf akademik tidak mengalami konflik loyalitas terhadap siswa tatap muka dan jarak jauh. Sistem semacam ini menciptakan motivasi yang kuat diantara staf untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas PTJJ, bebas dari hambatan pembelajaran konvensional.
Lembaga semacam ini masih mempunyai masalah kredibilitas dan akseptabilitas dikalangan masyarakat karena penyimpangannya dari sistem pendidikan konvensional. Misalnya masyarakat cendrung memandang remeh lulusan UT atau lulusan UT adalah lulusan kelas dua. Model ini relatif mahal untuk dikembangkan danmenghendaki jumlah siswa yang besar agar secara ekonomi layak.
b.        Model Dual Mode
Banyak program PTJJ dikembangkan di Universitas yang menerapkan model dual mode, dengan mendirikan suatu unit khusus yang menangani siswa jarak jauh. Dengan model ini ada dua kelompok siswa yaitu yang belajar secara tatap muka di kelas dan mereka belajar secara jarak jauh dengan tatap muka yang minimum. Mahasiswa tatap muka umumnya berusia muda dan telah menamatkan sekolah menengah atas. Sedangkan mahasiswa PJJ berusia lebih tua, kaya akan pengalaman maupun pekerjaan. Banyak dari mereka yang tidak menamatkan pendidikan menengah atas, dimana mereka masuk melalui jalur “matang usia”
Model ini memiliki kelebihan dimana memiliki landasan dan keterpautan yang kuat  karena staf akademik bertanggung jawab penuh terhadap  sistem pembelajaran. Dalam model ini ada integrasi pembelajaran tatap muka dan jarak jauh sehingga menjamin standar pendidikan, legitimasi dan kredibilitas.
Keterbatasan waktu untuk pengembangan bahan ajar menjadi masalah utama, karena staf akademik bertanggungjawab mengajar tatap muka pula. Banyak diantara staf tidak melewati pendidikan dan pelatihan formal dalam bidang pengembangan bahan ajar jarak jauh.
c.         Model konsorsium
Berbagai bersoalan menghendaki pengelolaan PJJ untuk lebih baik, sehingga lembaga PJJ membuat kerja sama melalui konsorsium. Kerjasama ini bertujuan untuk mencapai efesiensi dan ekonomi skala. Konsorsium ini dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan dengan penerbit atau penyiaran, namun kendala sering dihadapi adalah birokrasi lembaga dan ragam iklim organisasi. Selain itu perbedaan filosofi pendidikan, hambatan teknis, serta tekanan keuangan menjadikan kerjasama sulit terwujud.
Kekuatan suatu konsorsium terletak pada komitmen untuk melaksanakan pekerjaan tertentu bagi lembaga anggota yang memiliki kesulitan dalam melaksanakan tugas secara mandiri.
                Perkembangan berikutnya dalam model PJJ  ini adalah terbentuknya network, yaitu suatu jaringan kerjasama yang berperan mengkoordinasikan dan melengkapi program PJJ lembaga lain (Holmberg,1995). Jaringan ini berfungsi sebagai penyedia bahan ajar, menyediakan layanan penelitian atau dokumentasi PJJ untuk organisasi lain.
Jaringan bahkan perlu dikembangkan lebih lanjut secara nyata ditingkat regional. Perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah berupaya membangun jaringan kerjasama dibidang PTJJ melalui pendirian Pusat PTJJ (SEAMOLEC).
d.    Tantangan, Peluang  dan Prospek  
Abad  ke-20 ditandai dengan ekspansi  dan demokratis pendidikan, dimulai dengan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Belajar terbuka merupakan bentuk wujud sebagai demokratisasi pendidikan. Memasuki abad ke 21 pendidikan tinggi akan di penuhi oleh orang dewasa yang ingin melanjutkan pendidikan, padahal lembaga konvensional memiliki daya tampung terbatas.
Pada sector pendidikan menengah sistem PJJ dipergunakan untuk mengatasi persoalan ekspansi dan putus sekolah. PJJ merupakan salah satu produk inovasi pendidikan yang bermanfaat yang memiliki prospek masa depan yang cerah.
                Ragam model PJJ akan berkembang menyesuaikan jaman dan kebutuhan masyarakat. Beberapa lembaga single model telah berkembang menjadi mega-universitas, UT yang menerapkan pendidikan jarak jauh. Mereka menampung siswa dengan jumlah yang besar, melebihi 100.000 mahasiswa.
Model Dual mode memiliki nillai inovatif serta fleksibilitas yang khas. Program model ini berpeluang untuk mengembangkkan program yang banyak diminati masyarakat seperti program sain dan teknologi untuk menunjang pembangunan nasional.
Konsorsium melibatkan adanya jaringan kerjasama, di Indonesia UT merupakan a network of participating instiution yang bekerja sama dengan banyak lembaga surat kabar, jaringan radio dan televise  local maupun nasional (Setijadi,1988) Kerja sama ini tidak bisa dilepasi saling melengkapi satu sama lainnya. Peran pemerintah sangat penting untuk menjaga iklim kerja sama yang konduktif
Terlepas model mana yang dipakai karakteristik dasar PJJ tetap berlaku dan bermuara sama demi tercapainya masyarakat belajar. Skala dan efektifitas biaya dapat menjadi salah satu factor yang menentukan keputusan tentang model yang diterapkan, selain itu kebijakan pemerintah, kemampuan dan sumber daya masyarakat serta kebutuhan masyarakat terhadap jasa pendidikan berperan dalam menentukan model yang akan dipakai.
Metode PJJ dan teknologi informasi bertemu dengan strategi belajar kelas sehingga menciptakan suatu lingkungan baru yang disebut dengan program belajar fleksibel (flexible learning) (Moran, 1997). Di Indonesia program belajar ini perlu lebih di cermati karena hal ini merupakan tantangan yang harus segera diwujudkan guna mengantisipasi masa depan.
Tantangan bagi praktisi PJJ dan pendidikan pada umumnya  adalah cepat tanggap dan menyesuaikan diri serta mau meningkatkan keterampilan terhadap teknologi.
3.         MEDIA PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
Penyelenggaraan PJJ  tidak dapat terlepas dari media, dimulai dari media sederhana sampai dengan yang modern. Sesuai dengan karakteristik PTJJ sebagian besar bahan ajar disampaikan melalui beraneka ragam media: media cetak (misalnya buku), maupun noncetak (misalnya audio visual, komputer).
PTJJ memiliki sekurangnya dua karakteristik (Keegan 1991) yaitu keterpisahan antara pengajar dan peserta didik baik ditinjau dari segi jarak, waktu maupun ruang, dan yang kedua adalah penggunaan media dalam menjembatani keterpisahan tersebut.
Dalam menentukan media yang digunakan ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu ragam media yang tersedia, dan pemilihan media yang tepat guna dan tepat sasaran.
a.         Ragam Media dalam PTJJ
1.         Pengertian, jenis dan karakteristik Media
Media adalah alat komukasi yang digunakan untuk membawa informasi yang dimaksudkan untuk pembelajaran (Heinich.et al, 1996). Brezt (1972) mengidentifikasi media dalam 3 unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak. Berdasarkan ketiga unsur tersebut selanjutnya Brezt mengklasifikasikan media ke dalam 8 bagian yaitu; (1) media audio visual gerak, (2) media audio visual diam, (3) media audio semi gerak, (4) media visual gerak, (5) media visual diam, (6) media semi gerak, (7) media audio, dan (8) media cetak.
                   Selanjutnya Rowntree (1994) mengelompokkan media dalam PJJ :
CETAK
AUDIO VISUAL
PRAKTIKUM
INTERAKTIF
  Buku yang sudah diterbitkan.
  Buku yang dirancang khusus.
  Buku kerja.
  Pedoman belajar
  Poster, pamflet, peta,
  Audio kaset
  Audio disc
  Siaran radio
  Slide/film strip
  Film/film loops
  Video kaset
  Video disc
  Siaran televisi
  Komputer
  Interaktif video
  Praktikum kit
  Praktek lapangan
Jarak jauh
  Telepon
  Teleconferencing
  Komputer/video interaktif.
  Televisi interaktif

Tatap muka
  Kelompok belajar
  Temporer seminar, tutorial.

Daniel (1977) melihat bahwa perkembangan pemanfaatan media PJJ sangat dipengaruhi oleh teknologi, yaitu: media cetak, media massa/siar/tayang, media personal, dan media telekomunikasi.
                   Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan PJJ, yaitu ragam media yang tersedia dan pemilihan media yang tepat guna dan tepat sasaran. Bates (1995) mengembangkan sebuah kerangka pemilihan media yang sistematis dengan memperhatikan 7 faktor berikut: access (aksesibilitas, cost (biaya), teaching and learning (proses pengajaran dan pembelajaran), interactivity (interaktifitas), organisational issues (permasalahan organisasi), novelty (kemukhtakiran), dan speed (kecepatan).
2.         Jenis media dan pemanfaatannya dalam PTJJ
a.       Media cetak
Media ini merupakan generasi pertama dalam sistem pendidikan, sangat  fleksibel mencakup; fleksibel tempat, waktu, wujud(buku materi pokok, buku kerja,brosur, pamlet,dll),jenis cetakan (tulisan, gambar, photo dll) serta kemampuanya yang dapat dipadukan dengan media lainnya.
b.      Radio
Media ini merupakan media yang memasyarakat, ia memiliki aksesbilitas yang tinggi. Biaya produksi dengan media ini cukup rendah disamping itu media ini memiliki kemampuan dalam menjangkau daerah yang luas dan terpencil. Kelemahan dari media ini adalah peserta didik mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, durasi yang digunakan hendaknya  sekitar 10-20 menit. Media radio ini bersifat transistori. Pada awalnya media ini tidak terjadi interaksi dua arah, sehingga diperlukannya bahan ajar pendukung, namun sekarang interaksi tersebut dapat terjadi karena adanya telephon.     
c.       Televisi
Media ini merupakan media yang sangat kaya untuk digunakan dalam PJJ, akan tetapi biaya yang dibutuhkan dalam penggunaan media ini sangat besar. Pemanfaatan media TV dalam PTJJ tidak hanya didasarkan pada kemampuannya menyajikan beragam informasi dalam bentuk audio dan video secara bersamaan namun juga kemampuannya untuk menjangkau jumlah besar pemirsa dalam jangkauan wilayah geografis yang relatif luas.
d.      Komputer
Perkembangan teknologi yang pesat telah memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap penggunaan komputer sebagai sarana pembelajaran. Komputer telah dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran interaktif antara siswa dengan sumber belajar – guru atau tutor. Aplikasi komputer yang perlu dipelajari oleh siswa dapat disampaikan melalui perangkat lunak yang berbentuk disket atau disc. Disamping perangkat lunak sebagai bahan ajar, jaringan komputer juga dapat digunakan sebagai sarana belajar dalam PJJ.
Media  ini digunakan untuk meningkatkan aktifitas proses pembelajaran pada sistem PJJ   antara lain :
a.       Terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dan materi pembelajaran
b.      Proses belajar dapat berlangsung individual
c.       Mampu menampilkan unsure audio visual
d.      Dapat memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik dengan segera
e.      Menciptakan proses belajar secara berkesinambungan

                Program computer assisted Instruction atau pembelajaran berbantuan komputer dapat diklasifikasikan menjadi 3 model, yaitu:
a.       Komputer berfungsi sama dengan tutor
b.      Komputer berfungsi sama dengan alat (tool)
c.       Komputer berfungsi sama dengan tutee atau siswa.

Kegiatan dalam proses pembelajaran yang disampaikan elalui komputer juga melibatkan berbagai metode pembelajaran. Menurut Alessi sebagai dasar untuk mengembangkan program  CAI yang berkualitas terdapat 5 metode utama yang dikembangkan, yaitu tutorial, latihan, simulasi, permainan dan tes.
Robert Heinich dkk (1986) mengemukakan enam bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah media pembelajaran untuk PJJ, berupa :
a.       Praktek dan Latihan (drill and practice)
Tujuan program ini adalah melatih kecakapan dan ketrampilan dan biasanya menyajikan soal atau kasus yang memerlukan respon dari peserta didik dengan disertai umpan balik, selain itu program ini menyajikan pengukuhan terhadap jawaban yang benar
b.      Tutorial
Program ini menyajikan informasi dan pengetahuan dalam topic diikuti dengan  latihan pemecahan soal. Keunggulannya adalah peserta didik dapat memilih materi mana yang ingin dipelajarinya terlebih dahulu.
c.       Permainan (games)
Program ini  berisikan materi yang disajikan dalam bentuk permainan.
d.      Simulasi
Program ini melibatkan siswa dalam persoalan yang mirip dengan situasi yang sebenarnya namun tanpa rtesiko yang nyata.
e.      Discovery
Program ini menayangkan masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik dengan cara trial and error
f.        Problem solving
Program ini ada dua cara, yang pertama siswa merumuskan sendiri solusi masalahnya yang ditampilkan lewat computer dan memasukkan program kedalamnya. Kedua, komputer menyediakan jawaban yang mewakili respon siswa terhadap masalah yang ditanyakan computer 
g.       Internet dan e-mail
Jaringan ini telah memungkinkan program belajar menjadi lebih luas, lebih interaktif dan lebih fleksibel. Proses belajar tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dapat membentuk interaksi antara siswa dengan tutor  sehingga terjadinya umpan balik. 
3.                   Pemilihan Media dalam PTJJ
Pemilihan media didalam PJJ harus memperhatikan pemanfaatan karakteristik tiap-tiap media untuk diterapkan yang bercirikan adanya keterbatasan jarak, ruang dan waktu. Beberapa faktor dalam memilih media dalam PJJ adalah:
1.       Akses terhadap media
Akses terhadap media adalah kemudahan  dan ketersediaan memperoleh atau menggunakan media, baik bagi institusi penyelenggara atau peserta didik.
2.       Faktor biaya
Faktor ini merupakan factor yang tidak dapat bisa dihindarkan, ini sangat tergantung pada media yang digunakan dan jumlah peserta didik.
3.       Fungsi pembelajaran
Pemilihan media sangat berkaitan dengan fungsi pembelajaran, berkaitan dengan hal ini  Gagne et al (1988) melihat tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.       Karakteristik  fisik media
b.      Tujuan belajar
c.       Kemampuan peserta didik dan penggunaan media

4.         TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
a.    Pengertian 
Pada hakekatnya teknologi adalah penerapan secara sistimatis ilmu atau pengetahuan untuk pemecahan masalah dalam kehidupan manusia, dimana ia harus dipandang  sebagai proses bukan sebagai produk. Teknologi juga mengacu kepada efesien dan efektifitas, dimana teknologi tersebut harus memberi nilai tambah bagi yang menerapkannya.
Pada teknologi pendidikan, teknologi tersebut hendaknya  dapat memberikan manfaat bagi berlangsungnya proses pendidikan dan belajar-mengajar seperti, pembelajaran bisa lebih cepat, lebih banyak yang dilayani dalam waktu relative cepat, lebih baik mutunya, lebih variasi dan menyenangkan.
b.        Sumbangan Teknologi pada PTJJ
Sebagai mana telah diuraikan sebelumnya  tentang bagaimana PJJ terbentuk dan manfaat besar dari penyelenggaraan pendidikan PJJ, maka teknologi sangat memberikan sumbangan yang besar. Komunikasi dua arah antara pelajar dan pengajar merupakan kendala yang besar dalam PJJ, namun saat ini kendala tersebut telah mulai teratasi dengan baik karena adanya  kemajuan teknologi komunikasi.
Secara garis besar ada empat kelompok teknologi sebagaimana dikatakan Daniel (1997) yang telah berpengaruh pada perkembangan PJJ, yaitu
1.    Perpaduan teknologi cetak dan pos
Ini merupakan cikal bakal PTJJ, yang membentuk pembelajaran korespondensi.
2.    Siaran media massa
Teknologi ini  dapat berupa televisi maupun radio, dimana manfaat siaran ini selain dapat dirasakan oleh peserta PJJ dapat pula dimanfaatkan oleh masyarakat luas lainnya. Hal ini karena siaran media massa dapat menjangkau daerah yang luas, termasuk daerah terpencil dan sekaligus sebagai media promosi PJJ untuk peningkatan mutu SDM 
3.    Media perorangan
Media ini berupa kaset audio, VCR, dan PC , ia memberi keluwesan pada peserta didik dalam belajar karena tidak terikat pada waktu.
4.    Siaran telekomunikasi
Siaran ini bermanfaat dalam komunikasi dua arah antara pelajar dan pendidik sehingga pembelajaran dalam PJJ seakan-akan tidak dibatasi oleh ruang dan jarak.
Sumbangan teknologi dalam PJJ tidak hanya untuk kepentingan proses belajar-mengajar saja tetapi juga membantu dalam pengelolaan sistem PJJ itu sendiri karena jumlah siswa yang begitu besar, bahkan ada yang  mencapai  850.000 mahasiswa. Hal ini tidak akan mungkin dapat dikelola oleh lembaga PJJ secara manual.
c.     Teknologi dalam PTJJ
Chute dkk (1999) mencoba mengidentifikasi berbagai pilihan teknologi untuk PJJ dari yang sederhana sampai kepada yang canggih
1.    Teknologi Audio
Teknologi ini berupa telephon, dimana terjadi komunikasi antara pelajar dan pengajar.
2.    Teknologi Audio dan Data
Perpaduan kemampuan audio dari telephon dan kemampuan data computer telah melahirkan aplikasi belajar jarak jauh yang disebut audiografis. Ada tiga teknologi penunjang komunikasi audio grafis yaitu peralatan 1) callback, merupakan pembelajaran video  satu arah dan dapat berinteraksi dengan penyelenggara atau siswa lain. 2) Voice mail, pembicaraan dalam telephon meninggalkan pesan dan dapat di telusuri ulang oleh siswa dan 3) fax, pertukaran pesan tertulis antara warga belajar yang berpencar tempat tinggalnya.
3.    Teknologi video
Teknologi ini berupa kaset video, siaran video satu arah, video on demand, Video dan CBT serta Video dua arah
4.    Computer- Based Training
Teknologi ini berupa 1) CAI computer  penyampaian pembelajaran dengan menggunakan komputer. 2) CMI  computer digunakan untuk mengelola pembelajaran siswa

5.    Konferensi Computer
Teknologi ini bersifat tunda waktu (asinkronous) namun beberapa sistim konferensi memungkinkan interaksi dua arah pada saat yang sama (sinkronous). Staf pengajar menuangkannya dilayar computer dan pada saat yang sama pesan tersebut muncul dilayar komputer siswa. Yang paling
6.  Pendidikan dan  Latihan Internet
Jaringan internet merupakan teknologi yang sangat canggih dalam pembelajaran pada PJJ. Sistem ini benar-benar menempatkan siswa ditengah proses pembelajaran, dikelilingi berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik, mulai dari staf pengajar dan tutor, layanan informasi dan dukungan siswa baik secara administrasi maupun akademis dan juga perpustakaan virtual.
d.        Alih Teknologi dalam PTJJ
Sering terjadi alih teknologi menimbulkan masalah lain, Keating (1994) dan AECT (1993) mengungkapkan penyebab terjadinya hal ini:
1.         Tuntutan kebutuhan
2.         Kurangnya kesungguhan
3.         Biaya yang kurang
4.         Dukungan infrastruktur
5.         Selalu memusatkan perhatian keperangkat keras bukan ke sumber daya manusianya.
6.         Kurang terkaitnya teknologi yang digunakan dengan tuntutan kurikulum.
Agar Teknologi ini dapat berjalan dengan baik ada beberapa faktor  yang harus diperhatikan (Ely, 1995) yaitu
1.    Ketidak puasan akan status quo, sebagai modal masuknya teknologi komunikasi/informasi dalam PJJ
2.    Pengetahuan dan ketrampilan bagi siapapun yang terlibat dalam proses pemanfaatan teknologi komunikasi/informasi
3.    Dukungan sumber seperti perangkat keras, lunak, dan sumber lain yang dapat membantu pihak-pihak yang menggunakan teknologi komunikasi/informasi
4.    Reward dan punishment
5.    Komitmen semua pihak yang terlibat, mulai dari yang teratas sampai yang terendah
6.    Kepemimpinanan
7.    Waktu
8.    Peran serta segenap pihak yang terlibat
Apabila hal-hal tersebut diatas dapat kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, maka potensi teknologi terutama teknologi komunikasi/informasi yang begitu besar untuk membantu PJJ akan benar-benar dapat kita rasakan manfaatkan.





BAB II
LAHIRNYA PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
                                             DI INDONESIA SUATU FLASHBACK         

1.         KONDISI YANG MENUNJANG LAHIRNYA PJJ DI INDONESIA.
1.        Amanat UUD 1945
Komitmen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dituangkan dalam pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan bahwa tiap – tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran .

2.        Keterbatasan sumberdaya dan dana
Dengan kata lain alokasi dana untuk pembangunan pendidikan tergantung kepada pertumbahan ekonomi dan prioritas – prioritas pembangunan lainnya yang tetap diletak kan pada pembangunan sektor ekonomi. Oleh sebab itu dilaksanakanlah berbagai cara untuk maningkatkan jumlah dan mutu pendidikan guru secara massal.

3.        Akselerasi (percepatan ) pembangunan  nasional
Kunci utama dalam percepatan pembangunan nasional adalah peningkatan mutu.oleh sebab itu lahirlah berbagai inovasi pendidikan melalui teknologi pendidikan serta berbagai usaha lainnya untuk mempercepat atau menyerasikan pertumbuhan kuantitatif dengan peningkatan kualitatif pendidikan.

4.        Pemerataan pendidikan dan kemajuan tegnologi komunikasi

5.        Keberhasilan kualitas program INPRES SD
Keberhasilan kuantitatif program INPRES SD mendesak keatas yaitu tuntutan menyediakan pendidikan pada tingkat berikutnya . demikian pula sampai pada pendidikan tinggi.

6.        Ketertinggalan pembangunan pendidikan tinggi
PTPJJ merupakan bagian yang terintegrasi dari sistem pendidikan nasional. Beberapa faktor pendukung pengembangan  PTJJ di indonesia :
a.                  Falsafah belajar  seumur  hidup
Manusia yang berhenti belajar adalah manusia yang tidak bisa hidup di dalam dunia terbuka.

b.    Education for all ( pendidikan untuk semuanya )
Pendidikan haruslah dijadikan sebagai kebutuhan pokok bagi mempertahankan dan meningkatkan martabat manusia.

c.    Tegnologi pendidikan
Tegnologi pendidikan pada awal mulanya berkambang mulanya berkembang untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru.

d.     Program studi tegnologi pendidikan
Program ini lahir dari tahun 70-an, bahkan didalam perkembangannya mempelopori program studi sampai kepada jenjang S2 dan S3.

e.    Inovasi pendidikan
Oleh pemerintah dikembangkan balai – balai untuk pengembangan media, seperti dijakarta terdapat pusat tegnologi komunikasi pendidikan dan kebudayaan  (PUSTEKKOM ).


2.         PERANAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

Agar potensi pendidikan luar sekolah dapat menujang wajib belajar 9 tahun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan  yaitu :

1.      Menyadarkan masyarakat bahwa pelaksanaan wajib belajar bukanlah kepentingan pemerintah melainkan kepentingan seluruh rakyat bangsa indonesia dlam meningkatkan kualitas dan martabatnya.
2.       Bahwa kepada mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah ,pendidikan luar sekolah adalah setara dengan pendidikan sekolah yang setingkat jenjangnya.
3.      Menyusun data yang akurat tentang jumlah mereka yang memiliki kemampuan mengikuti pendidikan sekolah secara teratur
4.      Merencanakan  pelaksanaan program pendidikan sekolah dan luar sekolah secara terkordinasi dan terpadu dalam mencapai anak usia sekolah  dalam mengikuti pendidikan wajib belajar baik melalui pendidikan luar sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
5.      Menyusun program operasi pelaksanaan pendidikan wajib belajar  yang sinkron, terkoordinasi dan terpado antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.
Beberapa kesimpulan yang dapat di ambil adalah :
1.      Karena berbagai faktor terutama faktor ekonomi dan geografi,tidak semua orangtua mampu mengirimkan anaknya mengikuti program wajib belajar melalui pendidikan sekolah.
2.      Beberapa upaya perlu dilaksanakan agar orang tua mengirimkan anaknya  mengikuti proram wajib belajar, baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah.
3.      Peraturan pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 telah memberikan landasan strategis bagi di kembangkannya proram pendidikan luar sekolah yang setara  dengan pendidikan dasar, baik setara dengan SD maupun SLTP.
4.      Daya tanpung yang dapat dicapai program pendidikan luar sekolah dalam menunjang pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun  akan tergantung kepada  alokasi anggaran yang disediakan, appresiasi masyarakat  tentang pentingnya pendidikan, dan kerjasama antara semua unsur pelaksanaan pendidikan.

3.         PENINGKATAN KUALITAS GURU DAN PROGRAM PENYETARAAN
Dalam peningkatan kualitas guru dan program penyetaraan adapun tugas yang di berikan pada UNIVERSITAS TERBUKA adalah :
1.        Membuat  program penyetaraan  D II untuk seluruh guru SD
Dengan dikeluarkannya S.K Mendikbud nomor 0854 / U / 1989, para guru SD yang umumnya berijazah SPG atau setingkat menjadi tidak memenuhi persyaratan kualifikasi yang dituntut dalam surat keputusan tersebut. Dan dikembangkan penyetaraan D II guru SD yang mulai menerima siswa baru pada tahun  akademik 1990/1991.

2.        Membuat program  penyetaran  D III untuk seluruh guru SLTP dan program ini dibuka pada tahun 1992/1993

4.         ASPEK – ASPEK INOVATIF DALAM PENDIDIKAN GURU DENGAN SISITEM BELAJAR JARAK JAUH
Aspek – aspek inovatif dalam program pendidikan guru FKIP – UT yaitu :
1.      Inovasi dalam program pendidikan kurikulum
Program tersebut diorientasikan kepada upaya peningkatan kualifikasi formal guru dengan beban belajar sesuai dengan aturan akademis yang berlaku, yang pada gilirannya nanti dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah .

2.      Inovasi dalam bahan belajar
Berkenaan dengan komponen Bahan Belajar telah dilakukan berbagai inovasi yang menyangkut jenis, format, dan isi. Selain modul sebagai bahan belajar utama telah dikembangkan beberapa media – media pembelajaran.

3.      Inovasi dalam proses pembelajaran
Inovasi ini terkait dengan inovasi dalam bahan belajar, penerapan beberapa prinsip dan aturan prosedur baru pembelajaran, pemecahan, terhadap masalah yang dialami paratutor di daerah dan perbaikan dalam penyiapan dan pemantapan tutor.

4.      Inovasi dalam komponen ujian
Yaitu : pertama, pengembangan dan pemeriksaan tugas mandiri ,kedua : pengembangan bahan ujian ,dll.

5.      Inovasi dalam sistem pengelolaan
PJJ dikelola dengan menggunakan model colaborative teacher education yang membuka sistem pengelolaan yang semula bersifat mandiri dan sentralistis menjadi model kerjasama yang mengkombinasikan prinsip sentralisasi, dan  dekonsentrasi. Dalam sistem kolaboratif ini di adakan pembagian tanggung jawab dalam mengelola komponen dasar bahan belajar, proses belajar dan ujian , serta pengelolaan.

6.      Inovasi dalam pengembangan program lanjut
Program lanjut yang dikembangkan atas dasar program yang sedang berjalan , kebijakan baru, dan tuntutan baru hasil kajian  adalah program S1 Tegnologi pendidikan , S1 PGSD, S1 penjaskes, S1 pendidikan kewarganegaran, S1 pendidikan Geografi, S1 Pendidikan Sejarah, dan S1 pendidikan ekonomi yng semuanya sedang dalam tahap penyusunan atau pertimbangan oleh dirjen pendidikan tinggi.

5.         SIARAN RADIO PENDIDIKAN(SRP) : EMBRIO PENDIDIKAN TERBUKA DI INDONESIA.
SRP adalah penerapan teknologi kumunikasi pendidikan untuk pendidikan jarak jauh (terbuka) di Indonesia yang sudah diawali pada tahun 1952. Dengan menyelenggarakan suatu sistem siaran  radio untuk penyajian pelajarannya dengan sasaran wilayah Jakarta. Pada th 1958 Depart. Pendidikan dan kebudayaan meminta bantuna UNISCO untuk mengadakan suatu studi tentang Pendidikan di Indonesia dengan lapoaran yg berjudul “Education Indonesia of the Present situation with Identification of Priorities for Development” Dalam Laporan tersebut diidentifikasi potensi radio dan televisi membantu memecahkan persoalan dan memenuhi kebutuhan pendidikan dan diajukan agar siaran pendidikan (Radio dan Televisi) merupakan prioritas pertama dalam rangka kesatuan integral pengembangan kurikulum dan bahan pelajaran. Pada tahun itu juga dilaksanakan analisis sistem pendidikan yang pertama kali dengan memakai pendekatan sistem, dikemukakan bahwa titik kritis dalam usaha pengembangan dan pembaharuan pendidikan sekolah adalah Guru, dan untuk meningkatkan mutu pendidikan kuriulum perlu di rubah.Perubahan kurikulum harus diikuti serentak dengan : Penataran para guru, penyediaan buku dan alat pendidikan, dan peningkatan pembinaa (Supervisi) terhadap pelaksanaan pengajaran. Untuk melaksanakan penataran guru tersebut perlu ditempuh cara yang inovatif dengan memanfaatkan sumber yang ada seperti siaran radio. Pada tahun 1970 dirintis Pilot Proyek Siaran Radio Pendidikan dibeberapa tempat di Indonesia Evalaluasi yang dilakukan oleh IKIF malang antara lain :
1.        Tujuan instruktisional siaran pendidikan yaitu agar guru-guru pendengar setelah mengikuti siaran memiliki pengetahun dan keterampilan mengenai metodologi pengajaran modern terbukti menunjukkan angka rata-rata seluruh prngetahun 54%.
2.        Guru-guru yang ada di luar kota ternyata labih bergairah dalam partisipasinya dalam program siaran pendidikan.
3.        Guru-guru pada umunya (lebih dari 70 %) rajin mengikuti acara siaran pendidikan, dan lebih dari 73 % guru nengikuti acara siaran pendidikan dengan motif untuk menambah pengetahun.
Usaha usaha yang bersifat inovatif seperti pemanfaatan radio untuk pendidikan mendapat dukungan dari Mentri P dan K (Mashuri, 1972), salah satu diantara aspk inovasi itu adalah penggunaan siaran(Brodcasting) dalam pendidikan, Telah lama diidentifikasikan bahwa broadcasting mempunyai potensi hebat jika penggunaannya diatur dan terarah.
Penggunaan media radio untuk pendidikan juga didorong oleh pertimbangan-pertimbangan (Miarso, 1971) sbb :
1.        Eksploitasi penduduk yang dengan sendirinya mengakibatkan eksploitasi anak-anak usia sekolah.
2.        Eksploitasi ilmu pengetahuan
3.        Eksploitsai Teknologi, kedua  eksploitasi terakhir ini menambah lebar dan dalam jurang pemisah antara negara berkembang dan negara sedang berkembang.
4.        Terbatasnyabdana dan fasilitas untuk perbaikan.
5.        Perjaalanan waktu yang tak dapat menunggu lagi.
Walaupun hasil studi dan penelitian hasil yang positif, tatapi haruss kita sadari bahwa berkenaan dengsan kesulitan organisasi, teknis, personil dan keuangan, maka segala macam bentuk inovasi teknologi tersebut harus mempertimbangkan syarat-syarata berikut :
1.        Biaya unit penggunaan inovasi teknologi harus relatif rendah
2.        Teknologi itu sendiri harus dapat merupakan bagian dari kebudayaan kita sendiri (Bukan Impor)
3.        Teknologi itu harus dapat digunakan dengan efektif dalam pendidikan.
4.        Inovasi itu harus dapat disebarkan secara luas dalam waktu yang relatif pendek.


Sumber:
Tian Belawati. 1999. Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta :Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar