MODEL-MODEL
PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
a.
Model Single Mode
Model PJJ ini banyak digunakan dinegara berkembang seperti Indonesia yang telah
mendirikan Universitas
Terbuka. Model ini telah dikembangkan diberbagai sektor pendidikan seperti Politeknik Terbuka, SMA
Terbuka, Pendidikan Swasta Komersial Terbuka dan lain-lain.
Model single model memiliki memiliki karekteristik
umum:
1.
Kurikulum berdasarkan satuan kredit semester dan bahan ajar modular
2. Pengembangan
dan produksi bahan ajar dilakukan secara tersentralisasi dan disusun secara
kontens
Lembaga
melayani siswa jarak jauh saja sehingga staf akademik tidak mengalami konflik
loyalitas terhadap siswa tatap muka dan jarak jauh. Sistem semacam ini
menciptakan motivasi yang kuat diantara staf untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas PTJJ, bebas dari hambatan pembelajaran konvensional.
Lembaga
semacam ini masih mempunyai masalah kredibilitas dan akseptabilitas dikalangan
masyarakat karena penyimpangannya dari sistem pendidikan konvensional. Misalnya
masyarakat cendrung memandang remeh lulusan UT atau lulusan UT adalah lulusan
kelas dua. Model ini relatif mahal untuk dikembangkan danmenghendaki jumlah
siswa yang besar agar secara ekonomi layak.
b.
Model Dual Mode
Banyak
program PTJJ dikembangkan di Universitas yang menerapkan model dual mode, dengan mendirikan suatu unit
khusus yang menangani siswa jarak jauh. Dengan model ini ada dua kelompok siswa
yaitu yang belajar secara tatap muka di kelas dan mereka belajar secara jarak
jauh dengan tatap muka yang minimum. Mahasiswa tatap muka umumnya berusia muda dan telah menamatkan sekolah
menengah atas. Sedangkan mahasiswa PJJ berusia lebih tua, kaya akan pengalaman
maupun pekerjaan. Banyak dari mereka yang tidak menamatkan pendidikan menengah
atas, dimana mereka masuk melalui jalur “matang usia”
Model ini memiliki kelebihan dimana memiliki landasan
dan keterpautan yang kuat karena staf akademik bertanggung jawab penuh
terhadap sistem pembelajaran. Dalam model ini ada
integrasi pembelajaran tatap muka dan jarak jauh sehingga menjamin standar
pendidikan, legitimasi dan kredibilitas.
Keterbatasan
waktu untuk pengembangan bahan ajar menjadi masalah utama, karena staf akademik
bertanggungjawab mengajar tatap muka pula. Banyak diantara staf tidak melewati
pendidikan dan pelatihan formal dalam bidang pengembangan bahan ajar jarak
jauh.
c.
Model konsorsium
Berbagai bersoalan menghendaki pengelolaan PJJ untuk
lebih baik, sehingga lembaga PJJ membuat kerja sama melalui konsorsium. Kerjasama ini bertujuan untuk mencapai
efesiensi dan ekonomi skala. Konsorsium ini dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan dengan penerbit atau penyiaran,
namun kendala sering dihadapi adalah birokrasi lembaga dan ragam iklim
organisasi. Selain itu perbedaan filosofi pendidikan, hambatan teknis, serta tekanan
keuangan menjadikan kerjasama sulit terwujud.
Kekuatan
suatu konsorsium terletak pada komitmen untuk melaksanakan pekerjaan tertentu
bagi lembaga anggota yang memiliki kesulitan dalam melaksanakan tugas secara
mandiri.
Perkembangan berikutnya dalam model PJJ ini adalah terbentuknya network,
yaitu suatu jaringan kerjasama yang berperan mengkoordinasikan dan melengkapi
program PJJ lembaga lain (Holmberg,1995). Jaringan ini berfungsi sebagai
penyedia bahan ajar, menyediakan layanan penelitian atau dokumentasi PJJ untuk
organisasi lain.
Jaringan
bahkan perlu dikembangkan lebih lanjut secara nyata ditingkat regional.
Perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah berupaya membangun
jaringan kerjasama dibidang PTJJ melalui pendirian Pusat PTJJ (SEAMOLEC).
d.
Tantangan, Peluang dan Prospek
Abad ke-20 ditandai dengan ekspansi dan
demokratis pendidikan, dimulai dengan pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi. Belajar terbuka merupakan bentuk wujud sebagai demokratisasi
pendidikan. Memasuki abad ke 21 pendidikan tinggi akan di penuhi oleh orang dewasa yang ingin melanjutkan pendidikan, padahal
lembaga konvensional memiliki daya tampung terbatas.
Pada sector pendidikan menengah sistem PJJ
dipergunakan untuk mengatasi persoalan ekspansi dan putus sekolah. PJJ merupakan salah
satu produk inovasi pendidikan yang bermanfaat yang memiliki prospek masa depan
yang cerah.
Ragam model PJJ akan berkembang menyesuaikan jaman dan kebutuhan masyarakat.
Beberapa lembaga single model telah
berkembang menjadi mega-universitas, UT yang menerapkan pendidikan jarak jauh. Mereka
menampung siswa dengan jumlah yang besar, melebihi 100.000 mahasiswa.
Model Dual mode
memiliki nillai inovatif serta fleksibilitas yang khas. Program model ini
berpeluang untuk mengembangkkan program yang banyak diminati masyarakat seperti
program sain dan teknologi untuk menunjang pembangunan nasional.
Konsorsium melibatkan adanya jaringan kerjasama, di
Indonesia UT merupakan a network of
participating instiution yang bekerja sama dengan banyak lembaga surat
kabar, jaringan radio dan televise local maupun nasional (Setijadi,1988)
Kerja sama ini tidak bisa dilepasi saling melengkapi satu sama lainnya. Peran
pemerintah sangat penting untuk menjaga iklim kerja sama yang konduktif
Terlepas model mana yang dipakai karakteristik dasar
PJJ tetap berlaku dan bermuara sama demi tercapainya masyarakat belajar. Skala
dan efektifitas biaya dapat menjadi salah satu factor yang menentukan keputusan tentang model yang diterapkan,
selain itu kebijakan pemerintah, kemampuan dan sumber daya masyarakat serta
kebutuhan masyarakat terhadap jasa pendidikan berperan dalam menentukan model
yang akan dipakai.
Metode PJJ dan teknologi informasi bertemu dengan
strategi belajar kelas sehingga menciptakan suatu lingkungan baru yang disebut
dengan program belajar fleksibel (flexible
learning) (Moran, 1997). Di Indonesia program belajar ini perlu lebih di
cermati karena hal ini merupakan tantangan yang harus segera diwujudkan guna mengantisipasi masa depan.
Tantangan bagi praktisi PJJ dan pendidikan pada umumnya adalah cepat tanggap dan menyesuaikan diri serta mau meningkatkan keterampilan terhadap teknologi.
3.
MEDIA PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
Penyelenggaraan PJJ tidak dapat terlepas dari
media, dimulai dari media sederhana sampai dengan yang modern. Sesuai
dengan karakteristik PTJJ sebagian besar bahan ajar disampaikan melalui
beraneka ragam media: media cetak (misalnya buku), maupun noncetak (misalnya
audio visual, komputer).
PTJJ
memiliki sekurangnya dua karakteristik (Keegan 1991) yaitu keterpisahan antara
pengajar dan peserta didik baik ditinjau dari segi jarak, waktu maupun ruang,
dan yang kedua adalah penggunaan media dalam menjembatani keterpisahan
tersebut.
Dalam
menentukan media yang digunakan ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu ragam
media yang tersedia, dan pemilihan media yang tepat guna dan tepat sasaran.
a.
Ragam Media dalam PTJJ
1.
Pengertian, jenis dan karakteristik Media
Media adalah alat komukasi yang digunakan untuk
membawa informasi yang dimaksudkan untuk pembelajaran (Heinich.et al, 1996). Brezt (1972) mengidentifikasi
media dalam 3 unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak. Berdasarkan ketiga
unsur tersebut selanjutnya Brezt mengklasifikasikan media ke dalam 8 bagian
yaitu; (1) media audio visual gerak, (2) media audio visual diam, (3) media
audio semi gerak, (4) media visual gerak, (5) media visual diam, (6) media semi
gerak, (7) media audio, dan (8) media cetak.
Selanjutnya Rowntree (1994)
mengelompokkan media dalam PJJ :
CETAK
|
AUDIO VISUAL
|
PRAKTIKUM
|
INTERAKTIF
|
Buku yang sudah diterbitkan.
Buku yang dirancang khusus.
Buku kerja.
Pedoman belajar
Poster, pamflet, peta,
|
Audio kaset
Audio disc
Siaran radio
Slide/film strip
Film/film loops
Video kaset
Video disc
Siaran televisi
Komputer
Interaktif video
|
Praktikum kit
Praktek lapangan
|
Jarak jauh
Telepon
Teleconferencing
Komputer/video interaktif.
Televisi interaktif
Tatap muka
Kelompok belajar
Temporer seminar, tutorial.
|
Daniel (1977) melihat bahwa perkembangan pemanfaatan
media PJJ sangat dipengaruhi oleh teknologi, yaitu: media cetak, media
massa/siar/tayang, media personal, dan media telekomunikasi.
Ada dua hal yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan PJJ, yaitu ragam media yang tersedia dan
pemilihan media yang tepat guna dan tepat sasaran. Bates (1995) mengembangkan
sebuah kerangka pemilihan media yang sistematis dengan memperhatikan 7 faktor
berikut: access (aksesibilitas, cost (biaya), teaching and learning (proses
pengajaran dan pembelajaran), interactivity (interaktifitas), organisational
issues (permasalahan organisasi), novelty (kemukhtakiran), dan speed
(kecepatan).
2.
Jenis media dan pemanfaatannya dalam PTJJ
a. Media cetak
Media ini merupakan generasi pertama dalam sistem
pendidikan, sangat
fleksibel mencakup; fleksibel tempat, waktu, wujud(buku materi pokok, buku
kerja,brosur, pamlet,dll),jenis cetakan (tulisan, gambar, photo dll) serta kemampuanya yang dapat dipadukan dengan media lainnya.
b. Radio
Media ini merupakan media yang memasyarakat, ia memiliki aksesbilitas yang tinggi. Biaya produksi dengan
media ini cukup rendah disamping itu media ini memiliki kemampuan dalam
menjangkau daerah yang luas dan terpencil. Kelemahan dari media ini adalah peserta didik mengalami
kesulitan dalam berkonsentrasi, durasi yang digunakan hendaknya sekitar 10-20 menit. Media radio ini bersifat transistori. Pada
awalnya media ini tidak terjadi interaksi dua arah, sehingga diperlukannya
bahan ajar pendukung, namun sekarang interaksi tersebut dapat terjadi karena adanya telephon.
c. Televisi
Media ini merupakan media yang sangat kaya untuk
digunakan dalam PJJ, akan tetapi biaya yang dibutuhkan dalam penggunaan media
ini sangat besar. Pemanfaatan media TV dalam PTJJ tidak
hanya didasarkan pada kemampuannya menyajikan beragam informasi dalam bentuk
audio dan video secara bersamaan namun juga kemampuannya untuk menjangkau
jumlah besar pemirsa dalam jangkauan wilayah geografis yang relatif luas.
d. Komputer
Perkembangan teknologi yang pesat telah memberikan
kontribusi yang sangat positif terhadap penggunaan komputer sebagai sarana
pembelajaran. Komputer telah dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran
interaktif antara siswa dengan sumber belajar – guru atau tutor. Aplikasi
komputer yang perlu dipelajari oleh siswa dapat disampaikan melalui perangkat
lunak yang berbentuk disket atau disc. Disamping perangkat lunak sebagai bahan
ajar, jaringan komputer juga dapat digunakan sebagai sarana belajar dalam PJJ.
Media ini digunakan untuk meningkatkan aktifitas
proses pembelajaran pada sistem PJJ antara lain
:
a. Terjadinya
interaksi langsung antara peserta didik dan materi pembelajaran
b. Proses belajar dapat
berlangsung individual
c. Mampu
menampilkan unsure audio visual
d. Dapat memberikan
umpan balik terhadap respon peserta didik dengan segera
e. Menciptakan proses
belajar secara berkesinambungan
Program computer assisted
Instruction atau pembelajaran berbantuan komputer dapat diklasifikasikan
menjadi 3 model, yaitu:
a. Komputer
berfungsi sama dengan tutor
b. Komputer berfungsi
sama dengan alat (tool)
c. Komputer
berfungsi sama dengan tutee atau siswa.
Kegiatan dalam proses pembelajaran yang disampaikan
elalui komputer juga melibatkan berbagai metode pembelajaran. Menurut Alessi
sebagai dasar untuk mengembangkan program CAI yang berkualitas terdapat 5
metode utama yang dikembangkan, yaitu tutorial, latihan, simulasi, permainan dan
tes.
Robert Heinich dkk (1986) mengemukakan enam bentuk interaksi yang
dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah media
pembelajaran untuk PJJ, berupa :
a. Praktek dan
Latihan (drill and practice)
Tujuan program ini adalah melatih kecakapan dan ketrampilan dan
biasanya menyajikan soal atau kasus yang memerlukan respon dari peserta didik
dengan disertai umpan balik, selain itu program ini menyajikan pengukuhan terhadap jawaban yang
benar
b. Tutorial
Program ini menyajikan informasi dan pengetahuan dalam
topic diikuti dengan latihan pemecahan soal. Keunggulannya adalah peserta didik dapat memilih materi
mana yang ingin dipelajarinya terlebih dahulu.
c. Permainan
(games)
Program ini berisikan materi yang disajikan
dalam bentuk permainan.
d. Simulasi
Program ini melibatkan siswa dalam persoalan yang mirip dengan situasi
yang sebenarnya
namun tanpa rtesiko yang nyata.
e. Discovery
Program ini menayangkan masalah yang harus dipecahkan
oleh peserta didik dengan cara trial and error
f. Problem
solving
Program ini ada dua cara, yang pertama siswa merumuskan sendiri solusi masalahnya yang ditampilkan lewat computer dan memasukkan program kedalamnya.
Kedua, komputer menyediakan jawaban yang mewakili respon siswa
terhadap masalah yang ditanyakan computer
g. Internet dan
e-mail
Jaringan ini telah memungkinkan program belajar
menjadi lebih
luas, lebih interaktif dan
lebih fleksibel. Proses belajar tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dapat membentuk interaksi antara
siswa dengan tutor sehingga terjadinya umpan balik.
3.
Pemilihan Media dalam PTJJ
Pemilihan media didalam PJJ harus memperhatikan pemanfaatan
karakteristik tiap-tiap media untuk diterapkan yang bercirikan adanya
keterbatasan jarak, ruang dan waktu. Beberapa faktor dalam memilih media dalam PJJ adalah:
1. Akses terhadap
media
Akses terhadap media adalah kemudahan dan
ketersediaan memperoleh atau menggunakan media, baik bagi institusi
penyelenggara atau peserta didik.
2. Faktor biaya
Faktor ini merupakan factor yang tidak dapat bisa
dihindarkan, ini sangat
tergantung pada media yang digunakan dan jumlah peserta didik.
3. Fungsi
pembelajaran
Pemilihan media sangat berkaitan dengan fungsi
pembelajaran, berkaitan dengan hal ini Gagne et al (1988) melihat tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Karakteristik
fisik media
b. Tujuan belajar
c. Kemampuan
peserta didik dan penggunaan media
4.
TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
a.
Pengertian
Pada hakekatnya teknologi adalah penerapan secara
sistimatis ilmu atau pengetahuan untuk pemecahan masalah dalam kehidupan
manusia, dimana ia harus dipandang sebagai proses bukan sebagai produk.
Teknologi juga mengacu kepada efesien dan efektifitas, dimana teknologi
tersebut harus memberi nilai tambah bagi yang menerapkannya.
Pada teknologi pendidikan, teknologi tersebut hendaknya
dapat memberikan manfaat bagi berlangsungnya proses pendidikan dan
belajar-mengajar seperti, pembelajaran bisa lebih cepat, lebih banyak yang
dilayani dalam waktu relative cepat, lebih baik mutunya, lebih variasi dan
menyenangkan.
b.
Sumbangan Teknologi pada PTJJ
Sebagai mana telah diuraikan sebelumnya tentang bagaimana PJJ terbentuk dan manfaat
besar dari penyelenggaraan pendidikan PJJ, maka teknologi sangat memberikan sumbangan yang besar. Komunikasi dua arah antara
pelajar dan pengajar merupakan kendala yang besar dalam PJJ, namun saat ini
kendala tersebut telah mulai teratasi dengan baik karena adanya kemajuan
teknologi komunikasi.
Secara garis besar ada empat kelompok teknologi
sebagaimana dikatakan Daniel (1997) yang telah berpengaruh pada perkembangan PJJ, yaitu
1. Perpaduan teknologi cetak dan pos
Ini merupakan cikal bakal PTJJ, yang membentuk pembelajaran korespondensi.
2. Siaran media massa
Teknologi ini dapat berupa televisi maupun radio, dimana manfaat siaran ini selain dapat dirasakan oleh peserta PJJ dapat pula
dimanfaatkan oleh masyarakat luas lainnya. Hal ini karena siaran media massa
dapat menjangkau daerah yang luas, termasuk daerah terpencil dan sekaligus sebagai
media promosi PJJ untuk peningkatan mutu SDM
3. Media perorangan
Media ini berupa kaset audio, VCR, dan PC , ia memberi keluwesan pada peserta didik dalam belajar karena tidak
terikat pada waktu.
4. Siaran telekomunikasi
Siaran ini bermanfaat dalam komunikasi dua arah antara
pelajar dan pendidik sehingga pembelajaran dalam PJJ
seakan-akan tidak dibatasi oleh ruang dan jarak.
Sumbangan teknologi dalam PJJ tidak hanya untuk
kepentingan proses belajar-mengajar saja tetapi juga membantu dalam pengelolaan sistem PJJ itu
sendiri karena jumlah siswa yang begitu besar, bahkan ada yang
mencapai 850.000 mahasiswa. Hal ini tidak akan mungkin dapat dikelola oleh
lembaga PJJ secara manual.
c.
Teknologi dalam PTJJ
Chute dkk (1999) mencoba mengidentifikasi berbagai pilihan teknologi untuk PJJ dari yang
sederhana sampai kepada yang canggih
1. Teknologi Audio
Teknologi ini berupa telephon, dimana terjadi
komunikasi antara pelajar dan pengajar.
2. Teknologi Audio dan Data
Perpaduan kemampuan audio dari telephon dan kemampuan
data computer telah melahirkan aplikasi belajar jarak jauh yang disebut
audiografis. Ada tiga teknologi penunjang komunikasi audio grafis yaitu
peralatan 1) callback, merupakan pembelajaran video satu arah dan dapat
berinteraksi dengan penyelenggara atau siswa lain. 2) Voice mail, pembicaraan dalam telephon meninggalkan pesan dan dapat
di telusuri ulang oleh siswa dan 3) fax, pertukaran pesan tertulis antara warga belajar yang
berpencar tempat tinggalnya.
3. Teknologi video
Teknologi ini berupa kaset video, siaran video satu
arah, video on demand, Video dan CBT serta Video dua arah
4. Computer- Based Training
Teknologi ini berupa 1) CAI computer penyampaian
pembelajaran dengan menggunakan komputer. 2) CMI computer digunakan untuk mengelola
pembelajaran siswa
5. Konferensi Computer
Teknologi ini bersifat tunda waktu (asinkronous) namun beberapa sistim konferensi memungkinkan
interaksi dua arah pada saat yang sama (sinkronous). Staf pengajar menuangkannya dilayar computer dan pada saat yang sama pesan
tersebut muncul dilayar komputer siswa. Yang paling
6.
Pendidikan dan Latihan
Internet
Jaringan internet merupakan teknologi yang sangat canggih dalam pembelajaran pada PJJ.
Sistem ini benar-benar menempatkan siswa ditengah proses pembelajaran,
dikelilingi berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik, mulai dari
staf pengajar dan tutor, layanan informasi dan dukungan siswa baik
secara administrasi maupun akademis dan juga perpustakaan virtual.
d.
Alih Teknologi dalam PTJJ
Sering terjadi alih teknologi menimbulkan masalah
lain, Keating (1994) dan AECT (1993) mengungkapkan penyebab terjadinya hal ini:
1.
Tuntutan kebutuhan
2.
Kurangnya kesungguhan
3.
Biaya yang kurang
4.
Dukungan infrastruktur
5.
Selalu memusatkan perhatian keperangkat keras bukan ke sumber daya manusianya.
6.
Kurang terkaitnya teknologi yang digunakan dengan tuntutan kurikulum.
Agar Teknologi ini dapat berjalan dengan baik ada beberapa faktor yang harus diperhatikan (Ely, 1995) yaitu
1. Ketidak puasan akan status quo,
sebagai modal masuknya teknologi komunikasi/informasi dalam PJJ
2. Pengetahuan dan ketrampilan bagi
siapapun yang terlibat dalam proses pemanfaatan teknologi komunikasi/informasi
3. Dukungan sumber
seperti perangkat keras, lunak, dan sumber lain yang dapat membantu pihak-pihak
yang menggunakan teknologi komunikasi/informasi
4. Reward dan punishment
5. Komitmen semua pihak
yang terlibat, mulai dari yang teratas sampai yang terendah
6. Kepemimpinanan
7. Waktu
8. Peran serta segenap pihak yang
terlibat
Apabila
hal-hal tersebut diatas dapat kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, maka
potensi teknologi terutama teknologi komunikasi/informasi yang begitu besar
untuk membantu PJJ akan benar-benar dapat kita rasakan manfaatkan.
BAB II
LAHIRNYA
PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH
DI INDONESIA SUATU
FLASHBACK
1.
KONDISI YANG MENUNJANG LAHIRNYA PJJ DI INDONESIA.
1. Amanat
UUD 1945
Komitmen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dituangkan dalam pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan bahwa tiap – tiap warga
negara berhak mendapatkan pengajaran .
2.
Keterbatasan sumberdaya dan dana
Dengan kata lain alokasi dana untuk pembangunan pendidikan
tergantung kepada pertumbahan ekonomi dan prioritas – prioritas pembangunan
lainnya yang tetap diletak kan pada pembangunan sektor ekonomi. Oleh sebab itu
dilaksanakanlah berbagai cara untuk maningkatkan jumlah dan mutu pendidikan
guru secara massal.
3.
Akselerasi (percepatan ) pembangunan nasional
Kunci utama dalam percepatan pembangunan nasional
adalah peningkatan mutu.oleh sebab itu lahirlah berbagai inovasi pendidikan
melalui teknologi pendidikan serta berbagai usaha lainnya untuk mempercepat
atau menyerasikan pertumbuhan kuantitatif dengan peningkatan kualitatif
pendidikan.
4.
Pemerataan pendidikan dan kemajuan tegnologi komunikasi
5.
Keberhasilan kualitas program INPRES SD
Keberhasilan kuantitatif program INPRES SD mendesak
keatas yaitu tuntutan menyediakan pendidikan pada tingkat berikutnya . demikian
pula sampai pada pendidikan tinggi.
6.
Ketertinggalan pembangunan pendidikan tinggi
PTPJJ merupakan bagian yang terintegrasi dari sistem pendidikan nasional.
Beberapa faktor pendukung pengembangan PTJJ di indonesia :
a.
Falsafah belajar seumur hidup
Manusia yang berhenti belajar adalah manusia yang
tidak bisa hidup di dalam dunia terbuka.
b. Education for all ( pendidikan
untuk semuanya )
Pendidikan haruslah dijadikan sebagai kebutuhan pokok
bagi mempertahankan dan meningkatkan martabat manusia.
c. Tegnologi pendidikan
Tegnologi pendidikan pada awal mulanya berkambang
mulanya berkembang untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru.
d. Program studi tegnologi
pendidikan
Program ini lahir dari tahun 70-an, bahkan didalam
perkembangannya mempelopori program studi sampai kepada jenjang S2 dan S3.
e. Inovasi pendidikan
Oleh pemerintah dikembangkan balai – balai untuk
pengembangan media, seperti dijakarta terdapat pusat tegnologi komunikasi
pendidikan dan kebudayaan (PUSTEKKOM ).
2.
PERANAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR
PENDIDIKAN DASAR
Agar potensi pendidikan luar sekolah dapat menujang
wajib belajar 9 tahun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Menyadarkan
masyarakat bahwa pelaksanaan wajib belajar bukanlah kepentingan pemerintah
melainkan kepentingan seluruh rakyat bangsa indonesia dlam meningkatkan
kualitas dan martabatnya.
2. Bahwa kepada
mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah ,pendidikan luar sekolah
adalah setara dengan pendidikan sekolah yang setingkat jenjangnya.
3. Menyusun data yang
akurat tentang jumlah mereka yang memiliki kemampuan mengikuti pendidikan
sekolah secara teratur
4. Merencanakan
pelaksanaan program pendidikan sekolah dan luar sekolah secara terkordinasi dan
terpadu dalam mencapai anak usia sekolah dalam mengikuti pendidikan wajib
belajar baik melalui pendidikan luar sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
5. Menyusun program
operasi pelaksanaan pendidikan wajib belajar yang sinkron, terkoordinasi
dan terpado antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.
Beberapa kesimpulan yang dapat di ambil adalah :
1. Karena berbagai
faktor terutama faktor ekonomi dan geografi,tidak semua orangtua mampu
mengirimkan anaknya mengikuti program wajib belajar melalui pendidikan sekolah.
2. Beberapa upaya perlu
dilaksanakan agar orang tua mengirimkan anaknya mengikuti proram wajib
belajar, baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah.
3. Peraturan pemerintah
Nomor 73 Tahun 1991 telah memberikan landasan strategis bagi di kembangkannya
proram pendidikan luar sekolah yang setara dengan pendidikan dasar, baik
setara dengan SD maupun SLTP.
4. Daya tanpung yang
dapat dicapai program pendidikan luar sekolah dalam menunjang pelaksanaan wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun akan tergantung kepada alokasi
anggaran yang disediakan, appresiasi masyarakat tentang pentingnya
pendidikan, dan kerjasama antara semua unsur pelaksanaan pendidikan.
3.
PENINGKATAN KUALITAS GURU DAN PROGRAM PENYETARAAN
Dalam peningkatan kualitas guru dan program
penyetaraan adapun tugas yang di berikan pada UNIVERSITAS TERBUKA adalah :
1.
Membuat program penyetaraan D II untuk seluruh guru SD
Dengan dikeluarkannya S.K Mendikbud nomor 0854 / U /
1989, para guru SD yang umumnya berijazah SPG atau setingkat menjadi tidak
memenuhi persyaratan kualifikasi yang dituntut dalam surat keputusan tersebut.
Dan dikembangkan penyetaraan D II guru SD yang mulai menerima siswa baru pada
tahun akademik 1990/1991.
2. Membuat
program penyetaran D III untuk seluruh guru SLTP dan program ini dibuka pada tahun 1992/1993
4.
ASPEK – ASPEK INOVATIF DALAM PENDIDIKAN GURU DENGAN SISITEM BELAJAR JARAK JAUH
Aspek – aspek inovatif dalam program pendidikan guru
FKIP – UT yaitu :
1. Inovasi dalam program
pendidikan kurikulum
Program tersebut diorientasikan kepada upaya
peningkatan kualifikasi formal guru dengan beban belajar sesuai dengan aturan
akademis yang berlaku, yang pada gilirannya nanti dapat meningkatkan mutu
pendidikan sekolah .
2. Inovasi dalam bahan
belajar
Berkenaan dengan komponen Bahan Belajar telah
dilakukan berbagai inovasi yang menyangkut jenis, format, dan isi. Selain modul
sebagai bahan belajar utama telah dikembangkan beberapa media – media
pembelajaran.
3. Inovasi dalam proses
pembelajaran
Inovasi ini terkait dengan inovasi dalam bahan
belajar, penerapan beberapa prinsip dan aturan prosedur baru pembelajaran,
pemecahan, terhadap masalah yang dialami paratutor di daerah dan perbaikan
dalam penyiapan dan pemantapan tutor.
4. Inovasi dalam
komponen ujian
Yaitu : pertama,
pengembangan dan pemeriksaan tugas mandiri ,kedua
: pengembangan bahan ujian ,dll.
5. Inovasi dalam sistem
pengelolaan
PJJ dikelola dengan menggunakan model colaborative teacher education yang
membuka sistem pengelolaan yang semula bersifat mandiri dan sentralistis
menjadi model kerjasama yang mengkombinasikan prinsip sentralisasi, dan
dekonsentrasi. Dalam sistem kolaboratif ini di adakan pembagian tanggung jawab
dalam mengelola komponen dasar bahan belajar, proses belajar dan ujian , serta
pengelolaan.
6. Inovasi dalam
pengembangan program lanjut
Program lanjut yang dikembangkan atas dasar program
yang sedang berjalan , kebijakan baru, dan tuntutan baru hasil kajian
adalah program S1 Tegnologi pendidikan , S1 PGSD, S1 penjaskes, S1 pendidikan
kewarganegaran, S1 pendidikan Geografi, S1 Pendidikan Sejarah, dan S1
pendidikan ekonomi yng semuanya sedang dalam tahap penyusunan atau pertimbangan
oleh dirjen pendidikan tinggi.
5.
SIARAN RADIO PENDIDIKAN(SRP) : EMBRIO PENDIDIKAN TERBUKA DI INDONESIA.
SRP adalah penerapan teknologi kumunikasi pendidikan
untuk pendidikan jarak jauh (terbuka) di Indonesia yang sudah diawali pada
tahun 1952. Dengan menyelenggarakan suatu sistem siaran radio untuk
penyajian pelajarannya dengan sasaran wilayah Jakarta. Pada th 1958 Depart.
Pendidikan dan kebudayaan meminta bantuna UNISCO untuk mengadakan suatu studi
tentang Pendidikan di Indonesia dengan lapoaran yg berjudul “Education
Indonesia of the Present situation with Identification of Priorities for
Development” Dalam Laporan tersebut diidentifikasi potensi radio dan televisi
membantu memecahkan
persoalan dan memenuhi kebutuhan pendidikan dan diajukan agar siaran pendidikan (Radio dan
Televisi) merupakan prioritas pertama dalam rangka kesatuan integral
pengembangan kurikulum dan bahan pelajaran. Pada tahun itu juga dilaksanakan
analisis sistem pendidikan yang pertama kali dengan memakai pendekatan sistem,
dikemukakan bahwa titik kritis dalam usaha pengembangan dan pembaharuan
pendidikan sekolah adalah Guru, dan untuk meningkatkan mutu pendidikan kuriulum
perlu di rubah.Perubahan kurikulum harus diikuti serentak dengan : Penataran
para guru, penyediaan buku dan alat pendidikan, dan peningkatan pembinaa
(Supervisi) terhadap pelaksanaan pengajaran. Untuk melaksanakan penataran guru
tersebut perlu ditempuh cara yang inovatif dengan memanfaatkan sumber yang ada
seperti siaran radio. Pada tahun 1970 dirintis Pilot Proyek Siaran Radio Pendidikan dibeberapa
tempat di Indonesia Evalaluasi yang dilakukan oleh IKIF malang antara lain :
1. Tujuan
instruktisional siaran pendidikan yaitu agar guru-guru pendengar setelah
mengikuti siaran memiliki pengetahun dan keterampilan mengenai metodologi
pengajaran modern terbukti menunjukkan angka rata-rata seluruh prngetahun 54%.
2. Guru-guru
yang ada di luar kota ternyata labih bergairah dalam partisipasinya dalam
program siaran pendidikan.
3. Guru-guru
pada umunya (lebih dari 70 %) rajin mengikuti acara siaran pendidikan, dan
lebih dari 73 % guru nengikuti acara siaran pendidikan dengan motif untuk
menambah pengetahun.
Usaha usaha yang bersifat inovatif seperti pemanfaatan
radio untuk pendidikan mendapat dukungan dari Mentri P dan K (Mashuri, 1972),
salah satu diantara aspk inovasi itu adalah penggunaan siaran(Brodcasting)
dalam pendidikan, Telah lama diidentifikasikan bahwa broadcasting mempunyai
potensi hebat jika penggunaannya diatur dan terarah.
Penggunaan media radio untuk pendidikan juga didorong oleh pertimbangan-pertimbangan
(Miarso, 1971) sbb :
1.
Eksploitasi penduduk yang dengan sendirinya mengakibatkan eksploitasi anak-anak
usia sekolah.
2.
Eksploitasi ilmu pengetahuan
3.
Eksploitsai Teknologi, kedua eksploitasi terakhir ini menambah lebar dan
dalam jurang pemisah antara negara berkembang dan negara sedang berkembang.
4.
Terbatasnyabdana dan fasilitas untuk perbaikan.
5.
Perjaalanan waktu yang tak dapat menunggu lagi.
Walaupun hasil studi dan penelitian hasil yang
positif, tatapi haruss kita sadari bahwa berkenaan dengsan kesulitan
organisasi, teknis, personil dan keuangan, maka segala macam bentuk inovasi
teknologi tersebut harus mempertimbangkan syarat-syarata berikut :
1. Biaya
unit penggunaan inovasi teknologi harus relatif rendah
2. Teknologi
itu sendiri harus dapat merupakan bagian dari kebudayaan kita sendiri (Bukan
Impor)
3. Teknologi
itu harus dapat digunakan dengan efektif dalam pendidikan.
4. Inovasi
itu harus dapat disebarkan secara luas dalam waktu yang relatif pendek.
Sumber:
Tian
Belawati. 1999. Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta :Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar